Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Quisque tempor
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Thumbnail link to URL
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Ullamco laboris nisi
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Consectetur adipisici elit
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Quis aute iure
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus. Integer legentibus erat a ante historiarum dapibus. At nos hinc posthac, sitientis piros Afros. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisici elit, sed eiusmod tempor incidunt ut labore et dolore magna aliqua. Lorem ipsum dolor.
Yayasan Parinama Astha Prihatin Tingginya Perdagangan Orang Karena Minim Perhatian Swasta
JAKARTA,SATUHARAPAN.COM – Rahayu Saraswati, pendiri Yayasan Parinama Astha menyatakan keprihatinannya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dalam Diskusi Publik berjudul “Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang” yang digelar di Ruang Badan Anggaran (Banggar) Gedung Nusantara I,pada Kamis (13/6).
“Tingginya angka TPPO mengindikasikan bahwa minimnyatanggung jawab dari sektor privat, dan jangan sebaiknya hanya dibebankan ke pemerintahsaja” ujar Rahayu.
Rahayu mengatakan bahwa data-data tentang tindak pidana perdagangan orang milik Polri saat ini tidak lengkap , sehingga menyulitkan pihak swasta maupun pemerintah tatkala ingin melakukan pencegahan pidana perdagangan orang.
“Saat ini harus disediakan data yang komplit tentang TPPO, sepengetahuan saya ada media khusus di Amerika Serikat yang prihatindengan kasus-kasus TPPO” imbuhnya.
Lebih lanjut, pendiri sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di pencegahan tindak pidana perdagangan orang itu mengatakan bahwa pemerintah tidak perlu khawatir tentang biaya atau anggarandari APBN tentang biaya.
“Sebenarnya pemerintah tidak perlu terlalu khawatir mengurusi tentang biaya penggantian bagi korban perdagangan orang, menurut saya langsung dari pelakunya saja.”
Dalam kesempatan itu, wanita yang akrab dipanggil Sara ini menuturkan bahwa Yayasan Parinama Astha yang didirikannya memiliki beberapaprogram khusus untuk pendampingan dan pencegahan TPPO.
“Yayasan kami memiliki langkah-langkah konkrit berkaitan dengan human trafficking, yang pertama, preventionatau pencegahan karena pencegahan lebih baik daripada menyembuhkan atau mengatasi permasalahan yang sudah ada,” lanjut Sara.
Program kedua adalah interception, yaitu menyelamatkan korban perdagangan manusia secara fisik.
Lebih lanjut Sara mengatakan “Langkah ketiga adalah prosecution, yaitu salah satu tahapan penyembuhan yang jikasudah diketahui siapa pelakunya maka bisa mengumpulkanbukti-bukti, lalu dimasukkan ke pengadilan.” ujar Sara.
“Program keempat adalah reintergration,yaitu mereka mendapatkan pelatihan dan masuk tahap penyembuhan secaraemosional.” pungkasnya.
sumber : http://www.satuharapan.com/read-detail/read/yayasan-parinama-astha-prihatin-tingginya-perdagangan-orang-karena-minim-perhatian-swasta
Sosialita Melawan Mafia Perdagangan Manusia
TEMPO.CO, Jakarta – Rahayu Saraswati, sosialita, anak kedua pengusaha Hashim Djojohadikusumo barangkali lebih dikenal sebagai artis.
Pergumulan Rahayu Saraswati dengan gerakan anti perdagangan manusia bisa dibilang bermula secara tak sengaja, di Konferensi Hillsong di London 2009 lalu. Sempat tak berminat datang, Sara–panggilan akrabnya–kemudian menghadiri konferensi gereja tersebut karena pembicara favoritnya ikut berkotbah di sana.
Di sana Sara mendapat ‘bonus’, pencerahan dari Pendeta Christine Caine, mengenai perdagangan manusia. “Saya tergugah ketika mengetahui banyak gadis harus melayani hingga 40-60 laki-laki per hari,” ujarnya ketika ditemui di kantornya di Jakarta, Kamis 11 April 2013.
Dari sana, Sara menemukan panggilan hidup keduanya setelah akting, yaitu melawan perdagangan manusia di Indonesia. Ia memutuskan untuk bergerak.
“Di kepala saya saat itu, pasti sudah ada orang atau lembaga yang fokus di bidang ini,” kata anak kedua pengusaha Hashim Djojohadikusumo ini. Ia mulai mencari informasi mengenai hal ini di sela waktu senggangnya membintangi trilogi film Merah Putih, Darah Garuda dan Hati Merdeka, sebagai Senja. Sayang, perempuan berumur 27 tahun ini tak juga menemukannya.
Sara sempat bergabung dengan yayasan Wadah Titian Harapan yang dipimpin ibunya untuk mensosialisasikan anti perdagangan manusia, namun kemudian memutuskan untuk membuat yayasan sendiri yang fokus mengurusi masalah ini. Lahirlah Yayasan Parinama Astha pada Maret tahun lalu.
“Awalnya hanya ingin dibuat sebagai ormas, namun karena kami juga ingin masuk ke ranah kebijakan pemerintah, dibentuklah sebagai yayasan agar aspek legalitas lebih kuat” ujarnya.
Saat ini Sara baru mulai merintis Parinama Astha, dengan menjaring orang-orang maupun lembaga yang memiliki kepedulian terhadap perdagangan manusia.
“Setidaknya kami memiliki jaringan. Para penjual manusia itu kan mafia yang terorganisasi, jadi kami jangan kalah juga,” kata Sara. Sayang, sampai saat ini ia mengaku masih susah mencari orang yang memiliki visi sama dengannya.